ImamAbu Bakar bin Abdullah al-Aydrus semenjak dilahirkan tinggal di kota kelahirannya Tarim Hadhramaut, dan selama 38 tahun beliau tidak keluar dari Hadhramaut. Namun setelah ayahnya wafat beliau mulai mengadakan perjalanan ke kota Syihir meneruskan jejak ayahnya ziaroh Syekh Sa'ad bin Ali Adzafari Asyihri.
Beliau adalah panutan yang diakui kapabilitasnya, pemimpin para wali yang disepakati kewaliannya, pembawa bendera orang-orang arif, peletak dasar ilmu orang-orang yang benar, kepala para Sadah Alawiyin, pemegang tali simpulnya dan pemilik kharisma dan keagungannya. Disebutkan dalam “al Musyri`” al Idrus gelar terhadap pimpinan para wali. Sebagian orang mengatakan al Itrus diambil dari nama singa, Jauhari berkata al Itrasah menempuh jalan kekerasan, ciri dari harimau. Al Allamah Muhammad bin Umar Bahraq berkata “Bisa saja huruf ta’ dalam kalimat al aidrus diganti dengan huruf dal karena berasal dari satu makhraj tempat keluarnya huruf di mulut, kita ketahui bahwa singa adalah pemuka dari hewan buas, sedangkan al Idrus merupakan pemuka dari para wali di zamannya. Beliau tumbuh dalam kemulyaan di bawah bimbingan ayahnya Imam Abu Bakar yang bergelar “al Sakran”. Sangat menyayanginya di masa kecil, mengayominya dengan kasih sayang. Kharismanya ia salurkan kepadanya. Sang ayah meninggal ketika beliau berumur 10 tahun. Setelah itu beliau dirawat dan dibimbing oleh pamannya Syekh al Imam al Mighwar al Syekh Umar al Muhdar. Menempatkannya sebagai anak bimbingan kerohaniannya. Senantiasa dalam pantauannya, dibimbing bersama saudaranya yang lain dengan budi pekerti mulya dan amal perbuatan sesuai dengan ajaran al Quran dan Sunnah. Rahasia kebapakan seluruhnya dilimpahkan kepadanya sehingga dirinya mendapat kedamaian, keimanan, keyakinan, dan ihsan. Sedari kecil tumbuh dalam lingkungan ilmu, amal, mempelajari alquran, hadis, bahasa Arab, dan bersungguh-sungguh menekuninya. Dikirim ke beberapa Syekh kala itu untuk mendapatkan berkah yang banyak, menempa diri bersama mereka dan mempelajari ilmu baik yang berhubungan dengan lahir maupun batin. Dari para Syekh yang pernah menjadi gurunya antara lain 1. Al Faqih Said bin Abdullah Ba Abid2. Syekh al Allamah Abdullah Ba Marawan3. Al Alim al Rabbani Syekh Ibrahim Ba Syekh al Allamah Abdullah Ba Qusyair Beliau mempelajari dan memperdalam kitab Tanbih dan Minhaj, beliau sangat senang membaca kita tersebut. Beliau mempelajari Tasawuf dan seorang guru Al Imam Syeh Umar Muhdor dan membekali dirinya sebagai seorang syufi ahli Tasawuf, beliau sangat gemar membaca kitab-kitab karangan Imam Ghozali terutama kitab Ihya Ulumuddin sehingga hampir hafal dan pindah ke batinnya. Beliau banyak memuji sang pengarangnya, kami diperingatkan beliau segala sesuatu mengenai terjemahan kita Ihya Ulumuddin tersebut. Shohibur Ratib mempunyai kata-kata hikmah yang sangat tinggi mengenai Tauhid diantaranya beliau mengucapkan “SEANDAINYA SAYA DISURUH UNTUK MENGARANG DENGAN HANYA HURUF ALIF SERATUS JILID PASTI AKAN SAYA LAKUKAN”. Diantara karangan Beliau adalah Kitab Alkibritul Ahmar dan syarahnya dalam bentuk syair untuk Paman Beliau Al-Habib Syeh Umar Muhdor. Antara lain kata-kata beliau “BAGI SAYA SAMA SAJA PUJIAN DAN MAKIAN, LAPAR DAN KENYANG, PAKAIAN MEWAH DAN PAKAIAN RENDAH, LIMA RATUS DINAR ATAUPUN DUA DINAR. SEJAK KECIL HATIKU TIDAK PERNAH CONDONG SELAIN KEPADA ALLAH SWT DAN BAGAIMANA HATIKU BISA TENANG APABILA BADAN SAYA BERBALIK KE KANAN SAYA MELIHAT SURGA DAN APABILA BERBALIK KE KIRI SAYA MELIHAT NERAKA”. Beliau sangat takut kepada ALLAH SWT , dan sangat tawadhu merendahkan diri. Beliau tidak pernah merasa dirinya lebih baik, dari siapapun makhluk ALLAH bahkan binatang sekalipun. Beliau senantiasa bersujud ditanah karena merendahkan dirinya di hadapan ALLAH SWT. Dan beliau selalu membawa sendiri keperluannya dari pasar dan tidak mengizinkan orang lain membawanya dan senantiasa beliau duduk ditempat yang rendah dan senantiasa berjalan kaki ketempat-tempat yang jauh dan kerap kali meminum air hujan. Demikianlah beliau memerangi hawa nafsu keduniaan sejah usia 6 enam tahun. Al-Habib Abdullah Alaydrus Akbar berpuasa selama dua tahun dengan buka puasa tidak melebihi dari dua butir korma kecuali dimalam-malam tertentu dimana ibunya datang membawa sedikit makanan untuk Beliau memakannya semata-mata untuk menyenangkan hati ibunya. Gurunya Habib Syeh Umar Muhdor berkata “ Aku mengawinkan putriku Aisyah dengan keponakanku HabibAbdullah Alaydrus Akbar disebabkan Aku mendapatkan isyarat dari sesepuhku pendahuluku” Al-Habib Muhammad bin Hasan Almu’alim Ba’alawi berkata “AL-HABIB ABDULLAH ALAYDRUS AKBAR MENDAPATKAN SESUATU MAQOM/ WILAYAH YANG TIDAK DIDAPATI OLEH ORANG LAIN. BAIK SEBELUM MAUPUN SESUDAHNYA”. Al-Habib Abdullah Alaydrus Akbar telah mendapat pujian dari orang besar, para wali dan para guru, antara lain kakeknya sendiri Al Imam Abdurrahman bin Muhammad Assegaf, ayahnya Al-Habib Abubakar Assakran, Syeh Saad bin Ali Al Majhaj, dan juga Syeh Abdullah bin Tohir Al Douanidan, pemuka sufi wanita Al Zubaidiah, Syeh Ahmad bin Muhammad Al-Jabaruti, Syeh Umar bin Said Bajabir. Syeh Husain Al Ghorib, Syeh Ma’aruf bin Muhammad Ba’Abbad, Syeh Muhammad Baharmuz, Syeh Abdurrahman Al Khotib pengarang kitab Al Jauhar, tidak menyebutkan seorangpun dalam kitabnya dari yang hidup selain Beliau Al-Habib Imam Abdullah Alaydrus Akbar Shohibur Ratib. Beberapa pengarang kitab yang bermutu memuji dan meriwayatkan Beliau diantaranya Al Yafii dalam Kitab Uqbal Barahim Al Musyaraqah, muridnya Al Imam Al Habib Unmar Bin Abdurrahman Ba Alawi dalam kitabnya Al Hamrah dan Syech Abdillah Bin Abdurrahman Bawazier, daalm kitab Al Tuhfa, mereka mengytraknab Mankib Riwayat Singkat, kewalian dan kramat-kramat yang sebagaian terjadi sebelum dan sesudah Beliau dilahirkan. Sebagaian para wali mimpi berteme Nabi Muhammad SAW, yang memuji Al Habib Al-Imama Abdullah Alaydrus AQkbar dengan sabdanya “INI ANAKKU, INI AHLI WARISKU, INI DARAHKU DAGINGKU, ORANG-ORANG BESAR AKN MEMPELAJARI ILMU THAREQAT DARINYA”. Diantara yang mengambil dan belajar thareqat dari Habib Abdullah Alydrus Akabar antara lian saudaranya vsendiri Habib Ali Bin Abi Bakr Syakran, Habib Umar Ba’alawi, pengarang kitab Alhamrah dan pengarang kitab Faturrohim Al Rahman, Syech Abdullah Bin Abdul Rahaman Bawazier Al Alamah, Syech Abdullah Bin Ahmad Baksir Al Makki, dan ringkasnya kebaikan dan akhlak Beliau tidak terlukiskan, sedangkan ilmu dan karomahnya laksana lautan. Al Habib Imam Abdullah Alaydrus Bin Abi Bakar Alaydrus Shohibur Raatib wafat pada hari Ahad sebelum waktu Zhuhur tanggal 12 Romahdon 865 H. dalam perjalanan dakwahnya dikota Syichir tepatnya didaerag Abul. Dimakamkan dikota Tarim dan dinagun Kubah diatas pusaranya, Beliau wafat dalam usia 54 tahun. Belai meninggalkan delapn anak, empat putera dan empat puteri. Putranya Abubakar Al Adni, Alwi, Syech, Husain. Putrinya Roqgayah, Khodijah, Umul Kultsum, Bahiya. Ibu Beliau adalh yang bernama Mariam dari seorang yang Zuhud / Shaleh bernmama Syech Ahmad Bin Muhammad Barusyaid. Al Habib Muhammad Bin Hasan Al Mualim bberkata “ SAYA MENDENGAR BISIKAN YANG MENGATAKAN “ BILA KAMU INGIN MELIHAT SEORANG AHLI SORGA, MAKA LIHATLAH MUHAMMAD BARUSSYAID”!! DIRIWAYATKAN OLEH AL IMAM Al – HABIB MUHAMMAD BIN ALI MAULA AIDIED”. Sewaktu Al Habib Imam Abdurrahman Bin Muhammad Assegaf wafat usia Al Habib Abdullah Alaydrus Akbar 8,5 tahun. Dan pada waktu Ayahnya Belai wafat Abu Bakar Syakran dan umur Beliau berusia 11 tahun setelah Ayahnya wafat Beliau tinggal dan dididik oleh Pamannya Syech Al Habib Umar Muhdar yang kemudian menikahkannya dengan puterinya Aisyah, pada saat Al Habib Umar Muhdar Bin Abdulrahman Assegaf wafat Al Habib Abdullah Alaydrus Akbar kurang lebih berumur 23 tahun. Dan ucapan Shohibur Raatib kepada murid-muridnya BARANG SIAPA YANG MASUK DALM PENDENGARAN YANG SIA-SIA, MKA IA TELAH BERADA DALM KERUGIAN YANG BESAR. NASEHAT-NASEHAT BELIAU YANG TERTUANG DALAM KITAB ALKIBRATUL AHMAR Peraslah jasadmu dengan mujahadah memerangi hawa nafsu dunia sehingga keluar minyak kemurnian. Barangsiapa yang menginginkan keridhoan ALLAH hendaklah mendekatkan diri kepada ALLAH SWT, karena keajaiban dan kelembutan dari ALLAH SWT pada saat di akhir malam. Siapapun dengan kesungguhan hati mendekatkan diri pada ALLAH maka terbukalah khazanah ALLAH Diantara waktu yang bernilai tinggi merupakan pembuka perbendaharaan Ilahi diantara Zuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya dan tengah malam terkakhir sampai ba’da Sholat Shubuh. Sumber segala kebaikan dan pangkal segala kedudukan dan keberkahan akan dicapai melalui ingat mati, kubur dan bangkai Keridhoan ALLAH dan RosulNya terletak pada muthalaah mempelajari dan memperdalam Al-Qur’an dan Hadits serta kitab-kitab agama Islam. Meninggalkan dan menjauhi ghibah menggunjingkan orang adalah raja atas dirinnya, menjauhi namimah mengadu domba adalah ratu dirinya, baik sangka kepada orang lain adalah wilayah dirinya, duduk bercampur dalam majlis zikir adalah keterbukaan hatinya Kebaikan seluruhnya bersumber sedikit bicara tidak bicara yang jelek didalam bertafakur tentang Ilahi dan ciptaaNya terkandung banyak rahasia Jangang kau abaikan sedekah setiap hari sekalipun sekecil atom, perbanyaklah membaca Al-Qur’an setiap siang dan malam hari. Ciri-ciri orang yang berbahagia adalah mendapatkan taufik dalam hidupnya banyak ilmu dan amal serta baik perangai tingkah lakunya. Orang yang berakal ialah orang yang diam tidak bicara sembarangan Orang yang takut kepada ALLAH ialah orang yang banyak sedih merasa banyak bersalah Orang yang roja’ mengharap ridho ALLAH ialah orang yang melakukan ibadah Orang mulia ialah orang yang bersungguh-sungguh dalam kebaikan dalam ridha ALLAH SWT yang didambakan dalam hidupnya Orang yang bertaubat ialah yang banyak menyesali perbuatannya, menjauhi pendengarannya yang tidak bermanfaat dan mendekatkan diri kepada ALLAH terutama di masa sekarang. Mujahadah dan Riyadhah Dari keterangan yang terdapat di beberapa kitab mengenai mujahadahnya sebagai berikut “Mujadahnya laksana lautan yang tak bertepi, bagaikan bendera perang di tangan prajurit sejati, paman sekaligus pembimbingnya Syekh Umar al Muhdar membimbingnya ke dalam mujahadah semenjak kecil, beliau bertutur “keponakanku menempuh mujahadah di saat berusia tujuh tahun, berpuasa dan berbuka hanya dengan tujuh korma dan tidak makan selain itu. Selama setahun ia tidak pernah makan kecuali hanya dengan lima mud”. Mengenai dirinya beliau berkata “Tatkala tahap permulaanku, aku mengkaji buku-buku kaum sufi dan menguji diriku dengan mujahadah mereka, senantiasa berlapar, dan meninggalkan tidur dari usia 20 tahun". Beliau senantiasa bersama pamannya Syekh Umar al Muhdar dalam menempuh tahapan ajarannya. Kemudian mengawinkan Imam al Idrus dengan putrinya dan menempatkan dalam posisinya. Syekh Umar al Muhdar berkata “Aku akan mengawinkan putriku dengannya walau dengan sedikit harta benda, dan tidak akan mengawinkan selain dia walaupun dunia yang melimpah harta benda diberikan kepadaku” . Beliau memakaikan kepadanya khirqah tasawuf dan mentahkimnya serta menyatukan auranya dengan sang paman Umar al Muhdar, yang darinya mendapatkan banyak ilmu lahir maupun batin. Pamannya mendudukkannya sebagai pengganti sesuai dengan kamampuannya, melampaui derajat para Syekh yang agung, dan mendapatkan posisi yang sulit untuk di capai, para ulama mengakui akan ketinggian derajatnya dari dahulu hingga sekarang. Kedudukan Sebagai Pemuka Umat Sepeninggal Pamannya Disebutkan dalam kitab ”Al Kawakib al Durriyah” “Sosok – Syekh al Idrus – suka menyepi, karena dengannya dapat sampai kepada Allah SWT. Figur Syekh al Akbar pamannya Syekh Umar al Muhdar seorang Syekh yang memiliki kharisma dan kepribadian yang agung dan pemuka dari Bani Alawi, ketika wafat usia Imam al Aidrus 25 tahun, para Syarif sepakat Imam Muhammad bin Hasan Jamalullail-yang berada di Barughah- untuk menggantikan posisinya akan tetapi beliau menolak, mereka berkata “Tunjukkanlah pada kami siapa yang berhak kedudukannya diantara kita”. Setelah shalat istikharah, Allah meyakinkan hatinya untuk menjadikan Imam al Aidrus sebagai pengganti, sambil memegang tangannya beliau berkata kepada Imam al Aidrus “Engkau adalah pemuka dari mereka dan penunjuk bagi setiap syarif dan yang bukan syarif”. Imam al Aidrus menampik karena usianya yang masih belia dan ketidakmampuan dirinya ditambah paman-pamannya yang lain masih ada. Namun mereka terus membujuknya untuk menerima posisi itu, sejak itu, semuanya sepakat untuk memposisikan dirinya sebagai pemimpin dan namanya kesohor ke penjuru dunia, beliau menyibukkan dirinya dengan pengajaran dalam tarikan nafasnya yang sangat berharga. Posisinya Sebagai Tumpuan Murid dalam Pengajaran dan Penempatan Diri Imam al Aidrus figur yang mumpuni dalam pengajaran, apabila ia mengajar di bidang tafsir maka ialah yang paling mengusai bidang itu, dalam ilmu hadis ia adalah pemegang rawinya, dalam ilmu fiqh ia adalah tolak ukur pemahamannya, atau selain itu semuanya menyimak pada pelajarannya. Ajaran tasawufnya membuat para hadirin menangis, dalam hal tarekat beliau menyampaikan dengan metode yang menakjubkan dan sistem yang luar biasa, ajaran yang mudah dicerna. Dalam dirinya terkumpul ilmu, amal, hal,obsesi, dan wejangan, sebagaimana dituturkan oleh Syekh Kabir Muhammad bin Ahmad Ba Qusyair Setiap hati mengakui akan kewaliannya, dan setiap sanubari penuh dengan rasa cinta kepadanya. Semua milik Allah, betapa tinggi keutamaannya, betapa banyak limpahan yang diberikan Allah kepada siapa yang berada dalam asuhanNya. Sungguh ia adalah pemuda beruntung, yang keagungannya tak diragukan lagi, katakanlah sesukamu pada keutamaan yang diperolehnya. Murid-murid Beliau Banyak dari tokoh mulya dan para mujtahid yang belajar kepada Imam al Aidrus, antara lain 1. Saudaranya Syekh Ali bin Abu Bakar 2. Syekh Umar bin Abdurrahman Shahib al Hamra. 3. Syekh Abdullah bin Ahmad Ba Kastir 4. Syekh Ahmad Qasam bin Alwi al Syaibah 5. Syekh Muhammad bin Afif al Hijrani. 6. Putranya Syekh Abu Bakar al Adeny bin Abdullah al Aidrus. 7. Putranya Syekh Husain bin Abdullah al Aidrus. 8. Putranya Syekh Syaikh bin Abdullah al Aidrus. Disebutkan dalam kitab “al Kawakib al Durriyah” “Imam al Arif Billah Muhammad bin Ali Shahib Aidid, dan Tajul Abidin Saad bin Ali, dan Syekh Abdullah bin Abdurrahman Ba Wazir dengan derajat yang di milikinya dan ketinggian kedudukannya senantiasa menemani dan mengikutinya serta mengambil ajarannya, karena mereka menyadari akan ketinggian kedudukan dan maqam Imam al Aidrus". Penulis Hermanto Ahmad Jalaluddin Bin Ruman Wasoleh
Priabernama lengkap Novel bin Muhammad Alaydrus ini lahir di Surakarta pada 24 Juli 1975 dan menganut agama Islam. Habib Novel Alaydrus adalah anak pertama dari pasangan Muhammad Alaydrus dengan Luluk Al-Habsyi. Selain menjadi ulama dan da'i, Habib Novel juga merupakan pimpinan majelis ilmu dan dzikir Ar-Raudhoh, Surakarta.
loading...Makam Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus dan masjid peninggalan beliau di Kampung Luar Batang Jakarta Utara, tak pernah sepi dari peziarah. Foto/SINDOnews Karomah Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus atau dikenal dengan "Habib Luar Batang" cukup populer di kalangan pecinta ulama dan Ahli Bait Nabi. Beliau adalah ulama besar yang mencapai derajat nama beliau selalu dikenang umat muslim terutama para pecinta ulama karena jasanya menebarkan dakwah Islam di tanah Betawi dulu Batavia pada abad ke-18 M. Bahkan hingga kini makam dan masjid peninggalan beliau di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara, tak pernah sepi dari Juga Mengenal Al Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus Habib KeramatBagi masyarakat muslim Indonesia khususnya warga Jakarta sekitarnya, Makam Keramat Luar Batang merupakan salah satu tujuan wisata religi. Para ulama dan Habaib juga sering berziarah ke makam beberapa karomah Habib Husein Luar Batang yang cukup populer. Karomah adalah kejadian luar biasa pada seseorang wali Allah. Karomah merupakan anugerah Allah kepada orang-orang saleh karena ketakwaannya. Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus lahir di Miqab, dekat Hazam, sebuah desa di Hadhramaut, Yaman, sekitar tiga abad silam. Tidak ada riwayat pasti tentang tanggal kelahirannya. Pada usia 11 tahun, beliau ditinggal wafat oleh Husein wafat pada Hari Kamis tanggal 17 Ramadhan 1169 H atau bertepatan 27 Juni 1756 M. Pada masa kecilnya, Beliau diasuh oleh seorang ibu yang menafkahinya dari hasil pekerjaan sebagai pemintal benang. Habib Husein hidup dalam Habib Husein hijrah ke tanah Jawa, beliau terlebih dulu singgah ke India di sebuah daerah bernama Surati atau lebih dikenal Gujarat. Beliau pernah menimba ilmu kepada Quthbil Irsyad, Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Menurut keterangan Habib Ali bin Husein Alattas dalam Kitabnya Taajul A'rasy mengatakan bahwa Habib Husein Alaydrus sebelum hijrah ke Indonesia, beliau telah mendapatkan mandat kepercayaan dari guru beliau Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad untuk menebarkan dakwah Hijrah dari Hadramaut ke India dan Asia Timur kemudian sampai di di pulau Jawa tepatnya di Pelabuhan Sunda Kelapa. Setibanya di Pelabuhan Sunda Kelapa, beliau diusir oleh penjajah Belanda. Akhirnya dengan bantuan para Muhibbin di malam hari dengan menggunakan sekoci beliau tiba kembali di Pelabuhan Sunda Kelapa. Habib Husein Luar Batang kemudian berdakwah di tanah Betawi. Namun, saat itu Belanda sangat sensitif kepada para ulama karena di Sunda Kelapa masih ada bekas-bekas pertempuran Sunda Kelapa di bawah pimpinan Sunan Gunung Jati Al-Imam Syarif Hidayatullah dan Fatahillah, sehingga penjagaannya sangat ketat. Habib Husein Alaydrus pun dicurigai sebagai pemberontak dan akhirnya dimasukkan ke dalam penjara, yang berada di sekitar Habib Husein Alaydrus dalam berdakwah sangat luar biasa. Salah satu karomah beliau di pagi hari berada di dalam penjara, menjelang Maghrib tidak ada di dalam penjara. Ajaibnya beliau sedang menyampaikan dakwah di musholla dan masjid-masjid sehingga membuat takut para sipir kepala sipir penjara meminta agar Habib Husein keluar saja dari dalam penjara, namun beliau menolaknya. Hingga akhirnya seiring waktu beliau bebas dari 7 Karomah Habib Husein Luar Batang1. Menjadi Mesin Pemintal BenangPada masa mudanya, di tanah kelahirannya Hadhramaut Yaman, Habib Husein belajar kepada seorang ulama besar di kampung kelahirannya. Pada hari-hari libur ia pulang untuk menyambangi suatu malam ketika berada di rumahnya, ibunda Habib Husein meminta tolong agar ia bersedia membantu mengerjakan pintalan benang yang ada di gudang. Habib Husein segera menyanggupi, dan ia segera ke gudang untuk mengerjakan apa yang di perintahkan ibunya. Makan malam juga telah disediakan. Menjelang pagi hari, ibu Husein membuka pintu gudang. Ia sangat heran karena makanan yang disediakan masih utuh belum dimakan Husein. Selanjutnya ibunya kaget melihat hasil pintalan benang begitu banyaknya. Sang ibu tercengang melihat kejadian ini. Dalam benaknya terpikir bagaimana mungkin hasil pemintalan benang yang seharusnya dikerjakan dalam beberapa hari, malah hanya dikerjakan kurang dari semalam. Padahal Habib Husein dijumpai dalam keadaan tidur pulas di sudut gudang. Kejadian ini oleh ibunya diceritakan kepada guru thariqah yang membimbing Habib Husein. Mendengar cerita itu maka ia bertakbir sambil berucap "Sungguh Allah berkehendak pada anakmu, untuk diperolehnya derajat yang besar di sisi-Nya. Hendaklah ibu berbesar hati dan jangan bertindak keras kepadanya, rahasiakanlah segala sesuatu yang terjadi pada anakmu."2. Menolong Warga Gujarat dari Bencana Kekeringan Ketika hijrah dari Hadhramuat Yaman, Habib Husein singgah di daratan India, tepatnya di Surati atau lebih dikenal Gujarat. Kehidupan kota tersebut bagaikan kota mati karena dilanda kekeringan dan wabah Habib Husein di daerah itu disambut oleh ketua adat setempat, kemudian beliau dibawa kepada kepala wilayah serta beberapa penasehat para normal. Masyarakat setempat sangat mengharapkan orang yang dapat menolong mereka keluar dari bencana kekeringan Husein menyangupi bahwa dengan pertolongan Allah, ia akan membantu negeri ini menjadi daerah yang subur. Akan tetapi syaratnya mereka mengucapkan dua kalimat Syahadat dan menerima Islam sebagai agamanya.
. ajbo8dq49x.pages.dev/768ajbo8dq49x.pages.dev/367ajbo8dq49x.pages.dev/742ajbo8dq49x.pages.dev/334ajbo8dq49x.pages.dev/830ajbo8dq49x.pages.dev/982ajbo8dq49x.pages.dev/52ajbo8dq49x.pages.dev/734ajbo8dq49x.pages.dev/789ajbo8dq49x.pages.dev/787ajbo8dq49x.pages.dev/729ajbo8dq49x.pages.dev/216ajbo8dq49x.pages.dev/715ajbo8dq49x.pages.dev/651ajbo8dq49x.pages.dev/250
habib abdullah bin abu bakar alaydrus